Banyak pekerjaan yang harus ditangani saat mengembangkan sebuah software. Tak jarang prosesnya sangat merepotkan dan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menyelesaikannya.
Gradle adalah tool otomatisasi yang bisa menghemat waktu anda dalam mengembangkan software. Mulai dari kompilasi hingga publikasi kode, semuanya dapat ditangani oleh Gradle dengan konsep kerja yang sama seperti Apache Maven namun dengan kelebihan-kelebihan tersendiri yang membuatnya lebih unggul. Di dalam Android Studio, Gradle dipilih oleh Google untuk dijadikan sebagai build tool.
Fitur-Fitur Gradle
Untuk menggunakan Gradle, sistem operasi tidak menjadi halangan karena Gradle mendukung semua platform. Dengan catatan, di dalam platform tersebut sudah terinstall Java Development Kit versi 8 atau versi selanjutnya.
Gradle mendukung beragam IDE populer seperti Android Studio, IDEA, Eclipse, dan NetBeans. Jika dibandingkan dengan Maven, mungkin dukungannya terhadap IDE masih tertinggal, tetapi kekurangan ini bisa dimaklumi karena Maven memang sudah muncul sekitar 3 tahun sebelum Gradle. Lagipula, Gradle terus dikembangkan untuk menutup kekurangan tersebut dan kini sudah menyertakan DSL berbasis Kotlin.
Selain dukungan terhadap IDE yang terus ditingkatkan, Gradle juga menyediakan Command Line Interface (CLI) yang mengusung sejumlah fitur untuk mempermudah penggunaannya. UI interaktif berbasis web yang disebut build scan juga dapat anda temukan di dalam Gradle untuk mempermudah debugging.
Dari segi performa, Gradle juga lebih baik daripada Maven dalam semua skenario, apalagi dengan hadirnya fitur build cache yang dapat meningkatkan performa Gradle hingga 100 kali lipat lebih cepat.
Performa Gradle ditunjang pula dengan fitur Incremental Build. Di dalam Gradle, sebuah task bisa mencakup input dan output. Gradle akan memeriksa keduanya untuk menentukan apakah task perlu dieksekusi atau tidak. Jika tidak ada perubahan apa pun pada input dan output, maka task tidak akan dieksekusi. Prilaku Gradle yang seperti inilah yang disebut Incremental Build.
Yang tak kalah menariknya adalah fitur Wrapper di dalam Gradle. Pada intinya, tujuan dari fitur Wrapper ini adalah untuk memastikan bahwa setiap developer yang mengerjakan sebuah proyek menggunakan versi Gradle yang sama. Dengan demikian masalah-masalah inkompatibilitas yang mungkin muncul sebagai akibat pemakaian versi Gradle yang berbeda-beda dapat dihindari.
Gradle dirilis pertama kali pada tahun 2007 dan sejak saat itu jumlah downloadnya terus bertambah hingga kini menyentuh angka yang fantastis, yakni lebih dari 10 juta kali setiap bulan. Selain kemudahan, performa, dan fleksibilitasnya, statusnya sebagai software open source yang menyandang Apache License 2.0 juga turut mendongkrak popularitasnya hingga menggeser posisi build tool lainnya, termasuk yang sudah dirilis sebelum Gradle muncul.
Gradle juga memudahkan siapa saja yang ingin meninggalkan Maven. Proyek-proyek yang dibuat dengan menggunakan Maven bisa dikonversi agar kompatibel dengan Gradle. Download Gradle terbaru dan gratis untuk Windows melalui link dibawah ini:
When you login first time using a Social Login button, we collect your account public profile information shared by Social Login provider, based on your privacy settings. We also get your email address to automatically create an account for you in our website. Once your account is created, you'll be logged-in to this account.
DisagreeAgree
Connect withD
I allow to create an account
When you login first time using a Social Login button, we collect your account public profile information shared by Social Login provider, based on your privacy settings. We also get your email address to automatically create an account for you in our website. Once your account is created, you'll be logged-in to this account.
Loading...
