5 Start-up Anak Bangsa yang Sudah Go Internasional, Bangga!

Bisnis Start-up di Indonesia saat ini telah berkembang secara pesat. Dan pada dasarnya bisnis start-up adalah bisnis yang baru berjalan dibawah 5 tahun, atau biasa disebut juga perusahaan yang baru saja dirilis. Salah satu bisnis start-up yang paling terkenal yaitu “dot-com”.

Dimana-mana orang sudah memakai domain yang satu ini, dan keuntungan yang sudah didapat sangatlah besar. Dari start-up ini jugalah pergeseran makna start-up di dunia bisnis mengalami pergeseran arti.

Start-up juga mempunyai suatu tujuan, yaitu untuk membuat sebuah usaha yang berjalan dan menerapkan inovasi teknologi yang telah dibuat untuk menjalankan core business-nya serta dapat memecahkan sebuah masalah yang dekat di masyarakat.

Jadi, start-up memiliki sifat ‘disruptive’ di dalam industri pasar yang sudah ada sebelumnya atau bias juga menciptakan industri yang baru.

Tapi tahukah kamu bahwasanya Indonesia juga memiliki banyak sekali startup yang telah di bangun oleh anak-anak bangsa yang berprestasi ? Bahkan ada juga yang sudah Go Internasional. Berikut 5 Startup anak bangsa yang sudah Go Internasional.

1. Go-Jek

Siapa yang tidak mengenal Go-jek ? aplikasi transportasi online pertama yang ada di Indonesia. Tidak hanya menghadirkan layanan ojek, tetapi pengguna juga dapat memesan transfortasi mobil dan kamu juga dapat memesan makanan melalui Go-food yang akan di anter tepat di depan rumahmu.

Aplikasi ini sangat banyak membantu masyarakat Indonesia yang mager untuk jalan keluar hanya untuk membeli makanan. Gojek adalah karya anak bangsa yang didirikan oleh Nadiem Makarim.

Nadiem sebelumnya sering menggunakan transportasi ojek untuk pergi dan pulang dari kantornya, sebelum ia mendirikan Gojek. Nadiem juga sering mengobrol kepada setiap tukang ojek dan dari hasil pengamatannya Nadiem mendapatkan informasi bahwa tukang ojek menghabiskan waktunya hanya untuk mangkal dan menunggu demi mendapatkan penumpang.

Belum lagi jika ketika mendapatkan penumpang, mereka harus giliran dengan tukang ojek yang lain untuk mengantar penumpang. Dengan case seperti itu Nadiem memiliki ide untuk mengembangkan aplikasi ojek untuk di gunakan pasa smartphone.

Apalagi di zaman sekarang ini adalah era digital, jadi setiap orang pasti memiliki smartphone. Ide bisnis ini juga sejalan dengan tugas kuliah Nadiem ketika ia mengambil master di Harvard Business School. Dan saat merintis ide bisnis ini, ia hanya memiliki 10 karyawan dan 20 tukang ojek.

Berkat kerja keras dan usahanya selama ini, Go-jek berkembang sangat pesat dan sudah tersebar di 50 kota di Indonesia. Dan saat ini Go-jek telah melebarkan sayapnya di kancah internasional. Gojek saat ini juga telah beroperasi di Vietnam dan Thailand.

Layanan Gojek berubah nama sejak diresmikan di Vietnam dan Thailand karena dicocokkan dengan budaya yang ada disana. Dan nama aplikasi yang ada di Vietnam yaitu Go-Viet sedangkan yang di Thailand namanya berubah menjadi GET.

Gojek juga berencana akan merilis aplikasinya di Singapura dan Filiphina.

2. Traveloka

Jika kamu sering melakukan perjalanan atau pun berpergian untuk liburan dan lain-lain, pasti kamu tidak asing dengan menggunakan aplikasi ini. Yap Traveloka, aplikasi yang memiliki slogan “Traveloka dulu” ini juga salah satu karya anak bangsa yang bernama Ferdi Unardi.

Ide awal ia kepikiran untuk mengembangkan aplikasi ini ialah karena ia sulit untuk mencari tiket pesawat ke Padang dari Amerika Serikat.

Hingga kini Traveloka tidak hanya bisa memesan tiket pesawat, tetapi bisa juga untuk memesan kamar hotel, tiket kereta api, dan lain-lain. Investasi yang kini didapat Traveloka  yaitu senilai US $500 juta dan jika di rupiahkan berjumlah Rp.6,75 triliun.

Tidak hanya terdapat di Indonesia, aplikasi ini juga dinikmati di beberapa Negara Asia Tenggara seperti  Thailang, Singapura, Vietnam dan Malaysia.

3. PicMix

Jika dulunya kamu pengguna Blackberry, pasti kamu tidak asing dengan aplikasi ini. Picmix adalah aplikasi photo sharing & editing yang sangat terkenal. Sering dikira aplikasi buatan luar negeri, tetapi nyatanya aplikasi ini adalah buatan anak bangsa.

Calvin Kizana selaku CEO dari aplikasi ini awalnya tidak memberitahu bahwasanya aplikasi PicMix adalah aplikasi buatan anak Indonesia.  “Sengaja nggak dikasih tahu, takutnya kalau ketahuan aplikasi ini dari Indonesia, nanti penggunanya berkurang,” ujar Calvin Kizana.

Ketika PicMix sudah mencapai 10 juta pengguna, barulah Calvin mengumumkan bahwasanya PicMix adalah buatan anak Indonesia. Renspon masyarakat banyak yang kaget kala itu karena ternyata aplikasi buatan Indonesia bisa seperti buatan Negara-negara maju.

Saat ini pengguna aplikasi tidak hanya dari Indonesia saja, tetapi sudah semakin meluas hingga India, Afrika Selatan, dan Negara-negara benua Afrika maupun Asia lainnya.

4. Tokopedia

Aplikasi berlatarbelakang e-commerce ini resmi di rilis pada tanggal 17 Agustus 2009. Dan didirikan pada 6 Februari 2009 oleh William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison.

William yang dahulunya adalah seorang penjaga warnet di daerah Jakarta itu sekarang memiliki omset triliunan rupiah setiap bulannya. Start up asal Indonesia ini pernah menerima investasi dari perusahaan asal Tiongkok yakti Alibaba sebesar US $1,1 milyar pada bulan Agustus 2017.

Startup ini juga berhasil menjadi Marketers of Industry dari Indonesia Digital Economy Award pada Mei 2016 lalu.

5. HijUp

HijUp merupakan bisnis e-commerce hijab pertama yang ada di dunia. HijUp.com juga ikut mendukung perkembangan fashion muslim yang ada di Indonesia maupun dunia.

StartUp ini juga mendorong desainer-desainer muslim Indonesia yang ingin membagikan karya-karyanya untuk di jual. CEO dari startup ini adalah Diajeng Lestari, ia memiliki ide untuk mengembangkan bisnis ini karena ia pernah merasa kesulitan untuk menemukan busana muslim yang berkualitas di Jakarta. Start Up ini telah berkembang di berbagai negera seperti London (Inggris) dan Kuala Lumpur (Malaysia) .

Bagaimana ? semoga dengan kesuksesan-kesuksesan yang didapat oleh beberapa anak bangsa diatas kamu juga semakin termotivasi untuk terus berkarya ya.

Editor: Muchammad Zakaria