Salah satu perangkat keras paling penting dalam sebuah smartphone adalah prosesor-nya, dan saat ini sudah banyak sekali jenis prosesor yang diproduksi. Brand penghasil prosesor paling terkenal mungkin adalah Qualcomm dan MediaTek. Pabrikan asal Taiwan, MediaTek telah cukup baik kinerjanya dalam menghadirkan prosesor untuk kelas menengah dan entry. Namun tidak begitu kuat untuk menghadapi produk Qualcomm di kelas flagship.
Meski demikian, dengan dirilisnya chipset seri Dimensity, tampaknya MediaTek kini mulai berambisi untuk bisa bersaing di sejumlah pasar flagship. Meskipun menyadari posisinya pada pasar flagship, MediaTek yakin bahwa mereka adalah pembuat chip terbesar di dunia.
Beberapa hari yang lalu, CEO MediaTek Cai Lixing mengatakan bahwa perusahaan sudah siap untuk menjadi pembuat chipset terbesar di dunia. Dia juga mengklaim bahwa perusahaan akan terus mengelola momentum pertumbuhan yang saat ini sedang dialami dari seluruh pasar di dunia.
Berdasarkan laporan pendapatan perusahaan di kuartal ketiga tahun ini, MediaTek telah menjadi produsen chipset terbesar di dunia. Dalam laporan keuangan tersebut, perusahaan menorehkan pendapatan sebesar USD4,715 juta, yang naik sebesar 4,3% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Peningkatan pendapatan ini diyakini disebabkan oleh strategi perusahaan yang bermigrasi ke spesifikasi produk yang lebih tinggi, seiring meningkatnya permintaan di seluruh lini produk perusahaan.
“Kini kami telah menjadi pembuat chipset terbesar di dunia, pasar smartphone Android kami di Amerika Utara akan melebihi 35% pada tahun 2021,” ungkap perusahaan saat diwawancarai sejumlah wartawan.
Produk MediaTek mungkin tidak akan menjadi pilihan pertama pengguna, namun kini telah menjadi rujukan sejumlah pabrikan smartphone. Redmi Note 11 misalnya, yang menggunakan chipset Dimensity, dan smartphone itu masih menjadi salah satu produk populer dari Xiaomi dan Redmi.
Beberapa pabrikan smartphone Android sekarang lebih mencurahkan waktu mereka untuk desain chip. Inilah yang pada dasarnya dilakukan oleh Qualcomm dan MediaTek. Namun Cai Lixing mengatakan bahwa ini tidak akan mempengaruhi kinerja pasar perusahaan. Menurutnya, sebenarnya MediaTek turut bekerja sama untuk memberikan otorisasi IP, talent dan lainnya. Ini juga sebenarnya adalah peluang bisnis baru, dengan kata lain pasar bisa dibuat lebih besar lagi untuk mengakomodasi semua orang.
Sementara untuk soal kelangkaan pasokan chip global, MediaTek yakin masalah ini tidak akan menjadi lebih baik sampai tahun 2023 mendatang. Di saat yang sama, karena masalah pasokan ini, perusahaan harus kembali mengatur harga beberapa produk mereka di kuartal keempat.
Download berbagai jenis aplikasi terbaru, mulai dari aplikasi windows, android, driver dan sistem operasi secara gratis hanya di Nesabamedia.com: