Pengertian Tsunami
Tsunami adalah kosa kata dalam bahasa Jepang yang terdiri dari  ‘tsu’ dan ‘nami’. ‘Tsu’ diartikan sebagai pelabuhan dan ‘nami’ diartikan sebagai gelombang. Dengan demikian, tsunami dapat diartikan sebagai gelombang pelabuhan atau gelombang yang hanya terjadi di sekitar pelabuhan.
Kata ‘tsunami’ sendiri pertama kali muncul setelah para nelayan Jepang pulang dari melaut ke pelabuhan dan melihat kerusakan yang terjadi di sekitar pelabuhan tanpa diketahui penyebabnya. Menurut para nelayan, ketika berada di lautan, mereka sama sekali tidak melihat atau merasakan datangnya gelombang besar yang mampu meluluhlantakkan pelabuhan dan sekitarnya.
Dari kenyataan inilah mereka kemudian mengambil kesimpulan bahwa tsunami hanya terjadi di sekitar pelabuhan. Dengan demikian, apakah tsunami itu? Menurut Bakornas PB (2007), tsunami adalah gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan impulsif ini dapat berupa gempabumibawah laut, erupsi gunung api atau longsoran.
Pengertian tsunami lainnya dikemukakan oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (2008) yang mendefinisikan tsunami sebagai rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan kecepatan hingga lebih dari 900 km per jam, terutama diakibatkan oleh gempabumi yang terjadi di dasar laut.
Sementara itu, BNPB (2011) mendefinisikan tsunami sebagai serangkaian gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di dasar laut akibat gempabumi. Adapun BMKG (2012) mengartikan tsunami sebagai gelombang besar yang terjadi ketika bagian lantai samudera berubah akibat letusan gunung berapi, longsoran bawah laut, atau gempabumi bawah laut.
Dari beberapa pengertian tsunami di atas dapat disimpulkan bahwa tsunami adalah serangkaian gelombang laut yang disebabkan oleh adanya gangguan pada dasar laut akibat gempabumi tektonik, letusan gunung api, ataupun longsoran. Di antara gangguan-gangguan tersebut, gempabumi bawah laut merupakan penyebab utama terjadinya tsunami.
Proses Terjadinya Tsunami
Tsunami adalah rangkaian gelombang yang terjadi akibat adanya gempa bumi bawah laut, letusan gunung api di laut atau longsor di bawah laut. Tsunami tidak terjadi sesederhana membalikkan telapak tangan, melainkan melalui serangkaian proses. Proses terjadinya tsunami dapat dibagi ke dalam empat tahap yaitu tahap awal, tahap pemisahan gelombang, tahap amplifikasi, dan tahap rayapan.
1. Tahap Awal
Sebagian besar terjadinya tsunami dipicu oleh gempabumi yang berpusat di bawah laut dengan kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km dari dasar laut. Adapun kekuatan gempa mencapai  lebih dari 7 SR dan terjadi di daerah tumbukan lempeng tektonik.
Akibat tumbukan ini, satu lempeng akan terdorong ke bawah dan satu lempeng lainnya akan naik ke atas. Biasanya, lempeng tektonik yang terdorong ke bawah adalah lempeng samudera di laut dan lempeng yang berada di atasnya adalah lempeng benua yang lebih tipis ketebalannya. Lempeng samudera yang  terdorong ke bawah kemudian bergesekan dengan lempeng benua yang ada di atasnya.
Tumbukan lempeng secara vertikal ini kemudian menciptakan sesar atau patahan yang penjangnya mencapai 5 hingga 10 meter. Gerakan patahan ini memaksa kolom air yang ada di atas dasar laut bergolak naik turun. Energi yang dihasilkan oleh dorongan air ini kemudian berubah menjadi energi kinetik atau gelombang tsunami yang merambat lurus.
2. Tahap Pemisahan Gelombang
Setelah gelombang tsunami terbentuk yang disertai dengan berkumpulnya energi, gelombang tsunami kemudian bergerak menyebar ke segala arah dan menjauhi pusat gempa. Sebagian gelombang tsunami dirambatkan ke samudera dan sebagian lainnya dirambatkan ke pantai terdekat. Melihat arahnya, kedua gelombang tsunami ini merambat ke arah yang berbeda atau berlawanan dan dengan kecepatan yang berbeda pula.
Kecepatan rambat gelombang kedua tsunami sangat tergantung pada kedalaman laut dan gaya gravitasi bumi. Semakin dalam lautan, kecepatan rambat gelombang tsunami yang menjalar ke samudera akan semakin cepat dibandingkan dengan kecepatan rambat gelombang tsunami yang menuju ke arah pantai.
Adapun kecepatan rambat gelombang di dalam laut bisa mencapai 500 – 1000 km/jam. Tetapi, kecepatan rambat gelombang tsunami yang mengarah ke pantai hanya beberapa km/jam saja. Melambatnya kecepatan gelombang tsunami yang mengarah ke pantai disebabkan oleh semakin dangkalnya kedalaman air.
3. Tahap Amplifikasi
Menurunnya kecepatan rambat gelombang justru meningkatkan tinggi gelombang tsunami yang menerpa pantai. Tinggi gelombang tsunami yang mengarah ke pantai sangat tergantung dari energi yang terkandung di dalamnya.
Di pantai, energi berkumpul secara vertical karena semakin dangkalnya kedalaman air dan secara horizontal karena kecepatan rambat gelombang semakin berkurang.
Dengan demikian, ada dua hal yang terjadi ketika gelombang tsunami merambat ke arah pantai. Yang pertama adalah terjadi peningkatan amplitudo gelombang tsunami atau naik turunnya gelombang tsunami. Dan kedua, penurunan panjang gelombang tsunami. Kedua kejadian ini menghasilkan gelombang tsunami pertama yang menerpa pantai.
4. Tahap Rayapan
Tsunami adalah serangkaian gelombang. Karena itu, gelombang tsunami yang pertama kali masuk ke daratan biasanya bukanlah gelombang yang terbesar. Dalam arti, gelombang tsunami yang lebih besar dan memiliki daya rusak yang tinggi adalah gelombang tsunami yang masuk berikutnya ke daratan.
Besarnya gelombang tsunami kedua atau berikutnya memiliki energi dan kecepatan yang lebih besar sehingga mampu untuk merayap masuk ke daratan hingga sejauh 500 meter. Selain gelombang tsunami datang, gelombang tsunami balik juga memiliki daya rusak yang sama besarnya karena mampu menyeret apapun yang dilewatinya.
Dampak Tsunami
Berbagai peristiwa tsunami yang terjadi di Indonesia maupun seluruh dunia memberikan dampak tersendiri, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Menimbulkan korban jiwa
Berbagai peristiwa tsunami yang terjadi di seluruh dunia kerap menimbulkan korban jiwa. Salah satu peristiwa tsunami yang menimbulkan korban jiwa terbesar adalah tsunami akibat gempabumi di Acek pada tahun 2004.
Korban jiwa tidak hanya terjadi di Aceh melainkan juga di negara-negara di Samudra Hindia yang terdampak tsunami Aceh. Menurut data, total jumlah korban jiwa yang timbul akibat gempa tsunami Aceh mencapai hampir 300.000 jiwa.
2. Kematian hewan ternak
Selain menimbulkan korban jiwa manusia, tsunami juga menimbulkan kematian hewan ternak yang dimiliki oleh masyarakat. Hal ini disebabkan banyak hewan ternak yang tidak dapat meloloskan diri ketika gelombang tsunami datang menerjang.
3. Menimbulkan kerusakan
Selain menimbulkan korban jiwa, tsunami yang menghantam daratan juga dapat menimbulkan kerusakan dengan kecepatan yang rendah sekalipun. Kerusakan yang ditimbulkan mencakup kerusakan pada infrastruktur jalan, jembatan, perhotelan, perumahan atau pemukiman, tiang listrik, dan gedung-gedung dengan konstruksi kuat.
4. Merusak dan menghancurkan ekosistem
Tsunami yang datang dengan ketinggian dan kekuatan yang besar dapat merusak dan menghancurkan ekosistem. Contohnya adalah tsunami Lituya Bay Alaska tahun 1958. Tinggi tsunami yang dipicu oleh longsoran es ke Teluk Lituya di Alaska tersebut mencapai lebih dari 500 meter. Dampaknya adalah rusaknya ekosistem dan vegetasi yang terdapat di lereng pegunungan St. Elias.
5. Kehilangan harta benda
Dampak tsunami lainnya adalah hilangnya harta benda yang dimiliki oleh masyarakat. Jika sebelumnya mereka memiliki rumah. mobil, motor atau harta benda lainnya, setelah tsunami menerjang mereka kehilangan semua yang dimiliki. Hal ini disebabkan sapuan gelombang tsunami yang masuk sangat jauh ke daratan atau terseret kembali ke lautan.
Sekian pembahasan kita kali ini mengenai pengertian tsunami, proses terjadinya tsunami, dan dampak tsunami yang ditimbulkan. Semoga bermanfaat. Terima kasih.
Editor: Muchammad Zakaria
Download berbagai jenis aplikasi terbaru, mulai dari aplikasi windows, android, driver dan sistem operasi secara gratis hanya di Nesabamedia.com: