NESABAMEDIA.COM – Jika wabah Covid-19 memberi dorongan pada industri PC, dengan perusahaan-perusahaan yang bergegas menghadirkan komputer ke pekerja rumahan, Windows 365 bisa mengisi ruang kosong yang tidak dapat dijangkau perangkat PC konvensional. Diluncurkan secara eksklusif untuk kalangan bisnis, Windows 365 juga dirancang untuk memungkinkan karyawan melakukan streaming desktop Windows lengkap dari perangkat keras apa pun yang mereka miliki, seperti PC desktop lama, MacBook, bahkan iPad.
Secara teori, Windows 365 menghilangkan kebutuhan untuk melengkapi para pekerja rumahan dengan perangkat keras perusahaan, atau bahkan komputer baru. Mereka dapat menjalankan Windows yang disediakan perusahaan pada perangkat keras apa pun yang mereka miliki, tanpa dibingungkan risiko keamanan yang melekat pada perangkat PC pribadi pekerja.
Tapi, seberapa baik kinerja Windows 365 dalam prakteknya?
Spesifikasi dan harga
Hal pertama yang perlu diketahui adalah, Microsoft menawarkan beberapa paket berlangganan Windows 365, yang mungkin bagi beberapa orang tampak begitu kompleks. Ada banyak sekali paket yang tersedia, mulai dari Rp400 ribuan per bulan untuk 1 paket CPU virtual (vCPU) dengan hanya 2GB RAM dan 64GB penyimpanan, hingga 8 vCPU, 32GB RAM, dan penyimpanan 512GB seharga Rp2 jutaan per bulan. Namun, ada berbagai diskon yang tersedia untuk pelanggan Windows Hybrid dan Enterprise.
Dalam kesempatan ini, paket yang diuji coba adalah paket Rp800 ribuan per bulan dengan 2 vCPU, RAM 8GB dan penyimpanan 128GB. Paket ini cukup untuk digunakan menjalankan aplikasi Office dengan lancar. Lebih lanjut, kinerjanya pun beragam tergantung bagaimana cara mengaksesnya.Â
Pengguna bisa masuk ke sesi Windows lewat hampir semua browser web modern, tetapi pengalamannya jauh lebih lancar dan mendukung lebih banyak fitur jika menggunakan aplikasi Remote Desktop yang tersedia untuk perangkat Windows, Mac, iOS dan Android.Â
Kinerja dan Permasalahan
Saat menggunakan browser Vivaldi di perangkat MacBook Pro, layanan tersebut berfungsi dengan baik, dengan tampilan desktop yang secara otomatis ukurannya menyesuaikan ke bentuk dan ukuran jendela browser. Sayangnya, webcam MacBook tidak dikenali saat diuji dengan Google Meet dan melakukan print dokumen Word justru mengarahkan pengguna ke halaman unduhan versi PDF dokumen tersebut.
Namun saat menggunakan aplikasi Remote Desktop membuat semua masalah itu hilang. Printer yang terhubung ke jaringan Wi-Fi antara rumah dan kantor secara otomatis dikenali, webcam berfungsi. Selain itu juga Windows Desktop bisa tampil ke monitor eksternal dan laptop, ketimbang terpaku pada jendela browser saja.
Masalah lainnya adalah latensi, mengingat ini adalah layanan streaming cloud sehingga perbedaan jarak antara lokasi pengguna dan hosting juga akan berpengaruh, meskipun paket akan mengikuti lokasi di mana pengguna berada. Misal pengguna di Amerika, akan mendapatkan paket dengan hosting di Amerika, Indonesia di Asia dan seterusnya.
Mayoritas pengguna yang telah menggunakan layanan ini mengatakan bahwa mereka merasakan adanya jeda ketika mengetik dan hasil ketikan muncul di monitor. Yang dirasakan cukup berbeda ketimbang mengetik di perangkat lokal.
Masalah latensi atau jeda ini paling terasa ketika menggunakannya untuk panggilan video atau konferensi online. Rata-rata gambar video pengguna memiliki jeda setengah detik, sehingga pengalaman berbincang dengan orang lain terdampak. Jadi, pemilihan lokasi hosting bisa dijadikan pertimbangan utama.
Butuh Pengembangan
Melihat beberapa fakta di atas, bisa disimpulkan bahwa Windows 365 tidak akan menjadi jawaban semua orang. Microsoft memang telah menawarkan kepada kita sekilas tentang apa yang bisa dibilang sebagai masa depan komputasi. Dalam hal ini khususnya akan membantu pelaku bisnis untuk menyediakan perlengkapan komputasi bagi para karyawan yang bekerja secara jarak jauh.
Download berbagai jenis aplikasi terbaru, mulai dari aplikasi windows, android, driver dan sistem operasi secara gratis hanya di Nesabamedia.com: