Kalimantan Timur adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak antara 113°35’31’’ dan 119°12’48’’ BT dan antara 2°34’23’’ LU dan 2°44’14’’ LS.
Provinsi Kalimantan Timur berbatasan dengan Malaysia, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah di sebelah Barat; Provinsi Kalimantan Utara di sebelah Utara; Kalimantan Selatan di sebelah Selatan; dan Laut Sulawesi dan Selat Makassar di sebelah Timur.
Wilayah Kalimantan Timur memiliki struktur tanah gambut yang di bawahnya banyak kandungan mineral terutama batu bara. Kondisi Lingkungannya yang masih tertutup hutan hujan tropis yang lebat mengakibatkan kondisi iklim dan cuaca yang sangat panas dengan tingkat kelembaban yang tinggi sehingga memengaruhi bentuk Rumah Lamin.
[ez-toc]
Rumah Adat Kalimantan Timur (Rumah Lamin)
Rumah Lamin adalah rumah adat Kalimantan Timur. Rumah Lamin yang juga merupakan identitas masyarakat Dayak di Kalimantan Timur ini dikenal karena bentuknya yang seperti panggung panjang dan sambung menyambung.
Karena itu, Rumah Lamin disebut juga dengan rumah panjang dan rumah panggung. Bentuk Rumah Lamin yang seperti panggung bertujuan untuk menghindari lembabnya tanah.
Selain itu, untuk menghindari serangan binatang buas. Rumah Lamin sebagai rumah adat Kalimantan Timur memiliki karakteristik atau ciri tersendiri terkait dengan bentuk arsitektur, motis hias, dan fungsi Rumah Lamin.
Ciri Khas dan Keunikan Rumah Lamin
Rumah Lamin memiliki beberapa karakteristik atau ciri khas serta keunikan tersendiri. Adapun ciri khas dan keunikan Rumah Lamin di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Bentuk Arsitektur
Rumah Adat Lamin memliki bentuk arsitektur sebagai berikut:
a. Berbentuk persegi panjang
Rumah Lamin berbentuk persegi panjang dengan atap berbentuk pelana. Panjang Rumah Lamin sekitar 300 meter, lebar 15 meter, dan tinggi sekitar 3 meter dari atas permukaan tanah. Karena ukurannya yang cukup besar, Rumah Lamin dapat dihuni oleh 12 hingga 30 keluarga. Selain itu, Rumah Lamin juga dapat menampung kurang lebih 100 orang.
b. Dibangun dari kayu
Rumah Lamin umumnya dibangun dengan menggunakan kayu ulin. Untuk beberapa bagian Rumah Lamin digunakan jenis kayu lain seperti kayu meranti, kapur, dan bengkirai.
Sebagai pondasi bangunan, digunakan tiang besar yang dinamakan sukaq dan merupakan tiang utama. Biasanya sukaq dibuat dari kayu ulin yang memiliki diameter 0,5-1 meter dan panjang 6 meter. Sukaq ini dipancang di tanah dengan kedalaman 2 meter dan jarak antartiang sekitar 4 meter. Sukaq dihiasi dengan berbagai macam ukiran manusia dan binatang.
c. Lantai rumah terbuat dari kayu
Setiap rumah tentu memiliki lantai. Lantai Rumah Lamin atau asoq berupa papan yang tersusun atas beberapa lapisan kayu ulin dan meranti. Susunan lapisan kayu di pinggir lantai, terutama di bagian depan lamin, biasanya ditutup dengan banyak ukiran dan gambar motif.
d. Atap berbentuk pelana
Rumah Lamin memiliki atap yang disebut dengan kepang atau sirap. Atap Rumah Lamin terdiri dari lembaran-lembaran yang masing-masing berukuran 70 x 40 cm dan terbuat dari kayu ulin.
Lembaran-lembaran atau kepang ini disusun sedemikian rupa hingga membentuk pelana yang membujur dari timur ke barat. Bentuk atap seperti ini sangat efektif menghindari radiasi sinar matahari.
Selain itu, atap berbentuk pelana juga dapat menahan terpaan angin. Hal ini disebabkan pada bagian puncak atap ditutup dengan kulit kayu keras yang diikat sedemikian rupa hingga kuat. Bagian atap puncak atau berlubung umaq ini biasanya dipasang hiasan kayu berukir dan mencuat sampai 2 meter.
e. Terdiri dari empat ruangan utama
Umumnya, Rumah Lamin terdiri dari empat ruangan utama yaitu serambi luar atau usei, serambi bagian dalam atau dalem amin, kamar atau tilong, dan dapur atau atang.
- Serambi luar atau usei biasanya digunakan untuk menerima tamu, musyawarah, upacara adat dan kegiatan lainnya. Di dalam serambi luar atau usei terdapat pagen yakni sejenis bangku yang berukuran panjang. Bagian luar serambi luar atau usei dibuat tidak berdinding. Hal ini dimaksudkan agar setiap penghuni Rumah Lamin dapat mengawasi anak-anak bermain ketika orang tua pergi ke ladang serta menjaga lingkungan sekitar secara bergilir. Tiang-tiang yang terdapat pada serambi luar atau usei dipenuhi pahatan patung dan ornamen lengkung. Antara serambi luar atau usei dan serambi dalam atau dalam amin terdapat dinding depan yang disebut awing ntiang. Dinding ini dibangun dari lantai ke atap. Dinding ini juga dihiasi dengan motif ukiran suku Dayak berbentuk lengkungan yang dinamis. Di seluruh ruangan atau bagian rumah yang kosong diisi dengan patung berbentuk manusia dan binatang.
- Serambi bagian dalam atau dalam amin adalah ruang tempat berkumpulnya keluarga yang tertutup dan hanya dapat dimasuki oleh anggota keluarga saja. Serambi dalam atau dalam amin biasanya digunakan untuk tempat mengadakan upacara adat kelahiran anak.
- Kamar atau tilong yang terdapat dalam Rumah Lamin umumnya berjumlah minimal tiga kamar yaitu kamar untuk orang tua atau tilong keloma, kamar untuk laki-laki atau tilong demanai, dan kamar untuk perempuan atau tilong dekiit.
- Dapur atau atang yang dimiliki setiap Rumah Lamin berjumlah satu ruang dan digunakan secara bersama-sama. Dapur atau atang memiliki dua anak tangga yang naik ke samping kiri dan kanan. Tangga ini merupakan jalan untuk memasukkan hasil ladang, kayu api, dan keperluan sehari-hari lainnya.
f. Memiliki enam buah tangga
Lamin memiliki enam buah tangga atau can yang terletak di depan, samping, dan belakang rumah. Masing-masing terdapat dua tangga. Tangga-tangga ini dibuat dari batang pohon ulin utuh berdiameter 30-40 cm.
Di salah satu sisi tangga terdapat ukiran berundak yang digunakan untuk naik dan di sisi lainnya tetap berupa kayu gelondong utuh atau silinder. Jika tidak digunakan, tangga-tangga tersebut dibalik susunannya sehingga permukaan pohon yang berbentuk silinder dan tidak berukir akan menghadap ke atas dan sisi yang berundak menghadap ke bawah.
g. Terdapat belawing dan totem di halaman rumah
Halaman Rumah Lamin sangat luas sehingga dapat dijadikan tempat bermain bagi anak-anak dan menyelenggarakan upacara jika serambi luar atau usei tidak mampu menampung pengunjung yang datang. Di halaman Rumah Lamin terdapat belawing yakni semacam tugu yang terbuat dari kayu ulin dan penuh dengan ukiran. Belawing merupakan semacam tanda suatu permukiman dari suku Dayak.
Selain belawing, ada juga semacam patung yang dibuat dan diletakkan di sekeliling Rumah Lamin atau rumah adat suku Dayak ini. Patung ini bentuknya seperti tugu dan disebut dengan totem atau liwang uhung.
Totem ini ukurannya tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan belawing dan memiliki motif ukiran manusia. Ukiran ini bentuk perwujudan dewa-dewa yang menurut masyarakat setempat dipercaya sebagai penolak bala dan pelindung bagi permukiman suku Daya dari hal-hal yang buruk.
2. Motif hias Rumah Lamin
Rumah Lamin biasanya dihias dengan motif tertentu yang terdiri dari motif ukiran dan pahatan serta motif gambar. Bagi suku Dayak, motif hias Rumah Lamin yang meliputi seni ukir, motif, dan lukisan disebut dengan kalung. Kalung berbentuk motif dekoratif yang memiliki pola melingkar-lingkar.
Kalung berfungsi sebagai penangkal roh jahat, dan sebagai simbol status, dan pemakaiannya tidak bisa sembarangan. Tiap rangkaian kalung membentuk komposisi saling melingkupi, saling mencari keselarasan hubungan, dan saling mengisi. Mereka mengukir hampir seluruh bagian rumah antara lain dinding, pilar, dan kayu pondasi lamin.
Kalung memiliki pola minimal tujuh sumber figur antara lain burung neggang (tebengaang), wajah manusia (udo), manusia utuh (kelunan/uyat), harimau (lenjau), naga (legunan), anjing (aso), tempayan/guci (tanjau), dan pohon beringin (munik).
Penggunaan kalung harus mengikuti aturan. Hiasan bermotif aso, legunan, dan kelunan hanya diperuntukkan bagi bangsawan besar atau paren bioq. Adapun para paren dumit atau bangsawan kecil hanya dibolehkan menggunakan motif aso dan udo. Sedangkan rakyat jelata hanya dibolehkan menggunakan motif lengkungan geometris, sapuk atau bunga-bunga, dan kelawit lawit atau tumbuhan.
Adapun warna khas Rumah Lamin adalah warna kuning dan hitam. Selain itu, ada beberapa warna lain yang kerap digunakan pada ornamen lamin yaitu putih, biru, dan merah. Bagi masyarakat Dayak, warna kuning bermakna kewibawaan.
Selain warna kuning dan hitam, Rumah Lamin juga banyak menggunakan warna biru, merah, dan putih. Warna biru bermakna kesetiaan, warna merah bermakna keberanian, dan warna putih bermakna kebersihan jiwa. Warna hitam biasanya digunakan untuk mewarnai dasar dinding. Warna putih dan kuning sangat dominan pada kalung, putih menjadi figur utama dan kuning sebagai pendukungnya.
3. Fungsi Rumah Lamin
Sebagaimana fungsi rumah pada umumnya, Rumah Lamin berfungsi sebagai tempat tinggal dan berkumpulnya keluarga. Selain itu, fungsi Rumah Lamin adalah sebagai tempat menyelenggarakan upacara adat, tempat berlindung dan bertahan dari serangan binatang buas. Rumah Lamin juga berperan sebagai simbol kuatnya nilai kebersamaan dan gotong royong masyarakat Dayak.
Sekian pembahasan kita kali ini mengenai rumah adat Kalimantan Timur beserta ciri khas dan keunikannya. Semoga bermanfaat. Terima kasih.
Editor: Muchammad Zakaria
Download berbagai jenis aplikasi terbaru, mulai dari aplikasi windows, android, driver dan sistem operasi secara gratis hanya di Nesabamedia.com: