Sulawesi Tenggara merupakan salah satu provinsi di pulau Sulawesi dengan ibukota di Kendari yang peninggalan kebudayaannya tidak bisa diremehkan seperti budaya-budaya lain yang ada di Indonesia, salah satunya bisa dilihat dalam rumah adat yang dipunya oleh provinsi ini.
Pasti banyak yang belum mengetahui seluk beluk rumah adat dari provinsi ini dikarenakan memang pembahasan yang mengenai rumah adat ini cukup minim untuk diketahui. Terdapat keistiewaan dan keunikan dari masing-masing rumah adat ini, mulai dari bentuk, filosofi, dan lain-lain yang berkaitan dengan budaya yang ada disana.
Oleh sebab itu, mari kita mencoba mendalami bagaimana rumah adat yang ada di Sulawesi Tenggara dan dengan rumah adat tersebut kita kan tahu juga bagaimana budaya dan adat disana dalam mempengaruhi pembangunan rumah adat ini.
[ez-toc]
Rumah Adat Sulawesi Tenggara
Berikut adalah penjelasan dari masing-masing rumah adat Sulawesi Tenggara yang terdapat 3 jenis rumah, antara lain:
1. Rumah Adat Mekongga
Rumah adat ini merupakan rumah adat suku Raha (mekongga) yang artinya Poaiha dengan ukuran bangunan luas, besar, dan berbentuk segi empat. Bangunan ini terbuat dari kayu yang diberi atap dan berdiri di atas tiang-tiang besar dengan tinggi sekitar 20 kaki dari atas tanah.
Bangunan ini berada di dalam hutan terbuka dengan dikelilingi oleh rumput alang-alang. Tinggi dari bangunan ini sekitar 60-70 kaki yang digunakan sebagai tempat raja untuk menyelenggarakan acara-acara yang bersifat upacara adat.
Bangunan ini terdiri dari 12 tiang penyangga dimana memiliki arti ada 12 orang pemimpin yang berpengaruh. Kemudian ada 30 anak tangga yang memiliki arti ada 30 helai bulu sayap burung Kongga. Selain itu juga, ada 4 ruang/bilik.
2. Rumah Adat Banua Tada
Rumah adat ini berbentuk rumah panggung dengan bahan bangunan berupa kayu tanpa penggunaan paku. Banua Tada memiliki arti rumah siku. Rumah adat ini merupakan peninggalan kesultanan Buton. Di rumah adat ini terdapat banyak simbol-simbol dan hiasan yang banyak dipengaruhi oleh konsep ajaran tasawuf. Simbol dan hiasan melambangkan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal dari kesultanan tersebut.
Rumah adat ini terdiri dari 3 jenis rumah, yaitu Kamali (Malige), Banua Tada Tare Pata Pale, dan Banua Tada Tare Talu Pale. Berikut adalah penjelasannya, antara lain:
1. Rumah Adat Laikas (Malige)
Rumah adat ini berasal dari suku Tolaki yang tinggal di sekitar kota Kendari dengan bentuk rumah panggung yang terdiri dari 3-4 lantai. Kolong rumah adat ini digunakan kandang ayam atau babi. Untuk lantai 1 dan 2 digunakan untuk tempat tinggal raja dan permaisuri. Lantai ketiga difungsikan sebagai penyimpanan benda pusaka. Lantai keempat digunakan sebagai semedi dan beribadah. Di sisi kanan maupun kiri lantai dua terdapat ruangan khusus yang digunakan untuk menenun pakaian/kain tradisional yang disebut dengan “bone”.
Rumah adat ini tidak menggunakan bahan logam seperti paku, tetapi menggunakan bahan alami dari alam berupa kayu dan atap yang terbuat dari rumbai alang-alang atau nipah. Untuk balok kayu digunakan sebagai tiang dan dinding atau bahan rumah digunakan sebagai papan. Untuk penggabungan bangunannya menggunakan pasak kayu atau serat kayu.
Dalam membangun suatu rumah, suku Tolaki masih menggunakan sistem nilai budaya yang dibagi secara kosmologi alam dan mengacu pada analogi tubuh. Untuk bagian depan rumah dianalogikan sebagai dua lutut dan tengah tali pusar. Pada bagian belakang dilambangkan sebagai dua kaki kiri dan kaki kanan serta di bagian tengah rumah dilambangkan sebagai alat vital.
Secara vertikal, rumah adat ini dibagi menjadi tiga bagian, bagian kolong (bawah), atas, dan tengah. Untuk fungsi bagian kolong rumah sudah dijelaskan di paragraf sebelumnya. Untuk bagian atas rumah berfungsi sebagai tempat beraktivitas baik dari pemilik rumah maupun tamu. Sedangkan untuk bagian tengah rumah sebagai falsafah perwujudan alam semesta.
Jika dilihat secara horizontal, depan rumah adat ini berbentuk simetris dimana bentuk tersebut dikaitkan dengan sifat orang Tolaki yang dinamis dan formil. Bagian depan disebut fasad, bagian bawah dan lantai disebut dada dan perut manusia. Bagian atas disebut punggung manusia, bagian atap adalah rambut dan disebut dengan muka dan panggul manusia.
2. Rumah Adat Banua Tada Tare Pata Pale dan Tare Talu Pale
Rumah adat Tare Pata Pale berupa rumah siku bertiang empat dimana difungsikan sebagai tempat tinggal para pejabat atau pegawai istana. Sedangkan rumah adat Tare Talu Pale berupa rumah siku bertiang tiga yang difungsikan sebagai tempat tinggal orang biasa.
3. Rumah Adat Buton
Rumah adat ini sama seperti rumah adat lainnya yang bangunannya menggunakan struktur panggung dimana tersusun dari 4 lantai. Lantai dasar rumah adat ini berukuran lebih besar daripada lantai 2. Lantai 2 lebih besar daripada lantai 3 dan lantai 4 berukuran lebih lebar dari lantai 3. Rumah adat ini dijadikan sebagai hunian dan pusat pemerintahan oleh raja dan ratu kesultanan.
Bangunan ini tersusun dari 40 tiang (5 tiang bagian depan hingga 8 baris ke belakang). Material utama dari bangunan ini adalah kayu tanpa menggunakan paku sehingga pada bagian pondasi menggunakan batu alam sebagai tempat tumpuan tiang penyangga. Motif dari 3 rumah adat ini terdiri dari macam-macam flora dan fauna. Berikut adalah penjelasannya, antara lain:
Motif Flora
Macam-macam motif flora yang digunakan dalam hiasan di rumah adat ini, antara lain:
- Nanasi, hiasan yang berbentuk nanas ditempatkan di ujung atap rumah depan dan belakang sebagai lambang akan keuletan dan kesejahteraan. Penggunaan nanas sendiri melambangkan dimanapun orang Buton berada dalam berbagai kepentingan, harus ulet dalam menghadapi segala tantangan alam.
- Bosu-bosu, sejenis buah-buahan yang menyerupai buah delima dan motif ini ditempatkan di bagian atap rumah di bawah cucuran atap dengan simbol akan keselamatan, keteguhan, dan kebahagiaan.
- Ake, berbentuk seperti patra (daun) yang melambangkan kesempurnaan. Motif ini juga ada pada bangunan rumah adat Malige dengan yang melambangkan bersatunya Sultan sebagai manusia dengan Khalik sebagai Tuhan atau penguasa. Simbol tersebut berasal dari ajaran Tasawuf Wahdatul Wujud.
- Kambang, sejenis kembang yang berbentuk kelopak teratai atau matahari sebagai lambang kesucian. Dengan bentuk seperti matahari, maka orang Buton menyebutnya sebagai lambang Suryanullah (Cahaya Allah) yang digambarkan sebagai kemajuan atau perkembangan dari masa Majapahit ke masa Islam.
- Motif Fauna
Motif fauna yang paling dominan dan menonjol adalah motif naga yang ditempatkan pada bubungan atap rumah. Motif ini melambangkan kekuasaan dan pemerintahan. Selain itu, motif ini dipasang di pintu depan dan belakang agar penghuni rumah terhindar dari segala macam bahaya terutama angin jahat.
Itulah beberapa penjelasan singkat tentang rumah adat Sulawesi Tenggara, dimana ada 3 rumah adat yang mampu mempresentasikan bagaimana budaya pembangunan rumah disana selain dipengaruhi sistem kepercayaan juga sistem budaya yang ada disana. Hal yang perlu dipastikan adalah dengan mengetahui seluk beluk tentang rumah adat Sulawesi Tenggara diharapkan para pembaca bisa paham dan mengerti tentang hal tersebut.
Editor: Muchammad Zakaria
Download berbagai jenis aplikasi terbaru, mulai dari aplikasi windows, android, driver dan sistem operasi secara gratis hanya di Nesabamedia.com: