NESABAMEDIA.COM – Sebuah laporan dari Atlas VPN yang diterbitkan awal pekan ini mengungkap bahwa kerentanan yang ada di produk-produk Microsoft jumlahnya mencapai 1,268 kasus dalam satu tahun terakhir. Windows menjadi produk dengan paling banyak masalah keamanan, yang jumlahnya mencapai 907 kerentanan, 132 di antaranya bahkan memiliki status kritis level tinggi.
“Jumlah ini tentunya adalah sebuah masalah yang besar, karena setiap produk Microsoft memiliki jutaan pengguna,” kata Ruth Cizynski dari Atlas VPN.
Menurut Cizynski, peretasan hak akses menjadi masalah yang paling banyak terdeteksi di produk-produk Microsoft, jumlahnya hampir separuh masalah keamanan yang dilaporkan.
“Beberapa kerentanan itu memungkinkan pelaku peretasan untuk mendapatkan akses level tertinggi dalam sebuah jaringan atau sistem. Pelaku kemudian menggunakan akses tersebut untuk mencuri data, menjalankan perintah admin atau bahkan memasang malware,” tambahnya.
Eksekusi kode jarak jauh (RCE) menjadi kasus paling banyak kedua yang ditemukan, yang memungkinan para pelaku untuk mengeksekusi kode apapun secara jarak jauh kepada perangkat korbannya.
Pengungkapan informasi, yang terjadi ketika sebuah aplikasi secara tidak sengaja mengungkapkan data sensitif kepada pihak yang tidak berwenang, merupakan 14 persen dari semua kasus kerentanan yang ditemukan di tahun 2020 itu. Dalam hal ini, Windows memiliki tingkat kerentanan paling besar, di mana layanan Windows Server memiliki jumlah masalah kritis terbesar. Produk Microsoft lainnya, termasuk browser Edge, Internet Explorer dan Office, juga ditemukan memiliki sejumlah kasus kerentanan.
Keamanan siber telah menjadi sorotan utama tahun ini, dengan serangan tingkat tinggi ditujukan ke sejumlah perusahaan besar (utamanya jaringan perawatan kesehatan) yang menekankan pentingnya perlindungan perangkat lunak yang kuat.
Bulan April yang lalu, Departemen Kehakiman Amerika Serikat bahkan mengumumkan bahwa FBI telah berhasil menghapus skrip berbahaya dari ratusan komputer yang rentan setelah kelompok peretas berhasil melakukan eksploitasi di server Microsoft Exchange.
Bahkan pekan ini, Presiden Joe Biden sampai mempertimbangkan kebijakan mengenai tindakan militer sebagai respon dari serangan ransomware yang semakin sering terjadi.
“Kami mempertimbangan semua masukan dan pilihan. Kami tidak akan membiarkan sesuatu lewat begitu saja, ketika kami memikirkan kemungkinan, dampak, konsekuensi ataupun pembalasan terkait serangan ransomware itu,” ungkap pihak pejabat pemerintahan Amerika.
Download berbagai jenis aplikasi terbaru, mulai dari aplikasi windows, android, driver dan sistem operasi secara gratis hanya di Nesabamedia.com: